Rabu, 14 Desember 2016

Makalah Metabolisme Karbohidrat



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Karbohidrat dalam kehidupan makhluk hidup merupakan molekul yang sangat penting. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil, paling sederhana bisa berupa aldehid (disebut Polihidroksil-aldehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksil-keton atau ketosa). Karbohidrat terdapat sebagai polisakarida yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara fotosintesis. Tumbuhan merupakan gudang yang menyimpan karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Di samping dalam tumbuhan, dalam hewan dan manusia juga terdapat karbohidrat yang merupakan sumber energi, yaitu glikogen.
Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat ini ialah glukosa, fruktosa, galaktosa, dan manosa serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa ini kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa kehati oleh darah.
Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sebagai contoh apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen dalam hati akan mengalami proses hidrolisis untuk membentuk glukosa. Sebaliknya apabila suatu reaksi tertentu menghasilkan produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat menghambat produksi tersebut. Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-enzim mempunyai peranan sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang terjadi dalam sel ini disebut metabolisme. Jadi metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi monosakarida, terutama glukosa.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan metabolisme karbohidrat dan bagaimana proses metabolisme karbohidrat tersebut?
1.2.2        Bagaimana proses glikolisis?
1.2.3        Bagaimana proses glikogenesis dan glikogenolisis?
1.2.4        Bagaimana siklus asam sitrat?
1.2.5        Apa saja energi yang dihasilkan?
1.2.6        Bagaimana implikasi metabolisme karbohidrat dalam Hiperglikemia?
1.3  Tujuan
1.3.1        Pengertian metabolisme karbohidrat dan proses metabolisme karbohidrat
1.3.2        Proses glikolisis
1.3.3        Proses glikogenesis dan glikogenolisis
1.3.4        Siklus asam sitrat
1.3.5        Energi yang dihasilkan
1.3.6        Implikasi metabolisme karbohidrat dalam Hiperglikemia
1.4  Manfaat
Pembaca dapat mengetahui proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh manusia


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metabolisme Karbohidrat dan Prosesnya
Metabolisme mengakar pada kata metabole dari bahasa Yunani yang berarti berubah. Dalam dunia ilmu pengetahuan, secara sederhana metabolisme diartikan sebagai proses kimiawi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup yang bertujuan untuk menghasilkan energi.
Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Jadi, matabolisme karbohidrat adalah suatu proses reaksi secara mekanis dan kimiawi karbohidrat di dalam tubuh makhluk hidup.
Proses metabolisme karbohidrat secara garis besar terdiri dari dua cakupan yakni reaksi pemecahan atau katabolisme dan reaksi pembentukan atau anabolisme. Pada proses pembentukan, salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah energi. Energi ini dihasilkan dari proses katabolisme. Sementara itu, tahapan metabolisme sendiri terdiri atas beberapa bagian yakni glikolisis, oksidasi piruvat ke asetil-KoA, glikogenesis, glikogenolisis, hexose monophosphate shunt dan terakhir adalah Glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
2.      Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
3.      Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4.      Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
5.      Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6.      Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Metabolisme karbohidrat pada manusia dapat dibagi sebagai berikut :
1)      Glikolisis
Oksidasi glukosa atau glikogen menjadi piruvat dan laktat oleh jalan Embden-Meyerhof. Glikolisis terjadi pada semua jaringan.
2)      Oksidasi piruvat menjadi asetil—KoA
Merupakan suatu langkah yang dibutuhkan sebelum masuknya produk glikolisis ke dalam siklus asam nitrat yang merupakan jalan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lemak dan protein. Sebelum piruvat dapat memasuki sikluas asam nitrat, ia harus ditranspor ke dalam mitokondria melalui transpor piruvat khusus yang membantu pasasi melintasi membran bagian dalam mitokondria. Ini memerlukan mekanisme “symport” dimana satu proton diangkut bersama. Dalam mitokondria, piruvat di dekarboksilasi secara osidatif menjadi asetil-KoA. Reaksi ini dikatalisis oleh beberapa enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan dalam kompleks multienzim. Enzim-enzim ini secara kolektif disebut kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks alfa-ketoglutarat dehidrogenase dari siklus asam nitrat. Piruvat mengalami dekarboksilasi dengan adanya tiamin difosfat menjadi derivat hidroksietil cincin tiazol dari tiamin difosfat yang berikatan dengan enzim, yang selanjutnya bereaksi dengan lipoamida teroksidasi membentuk asetil lipoamida. Dengan adanya dihidrolipoil transasetilase, asetil lipoamida bereaksi dengan koenzim A membentuk asetil-KoA dan lipoamida tereduksi. Siklus reaksi disempurnakan bila lipoamida tereduksi kembali dioksidasi oleh flavoprotein dengan adanya dihidropoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein yang tereduksi dioksidasi oleh NAD, yang selanjutnya memindahkan ekuivalen pereduksi ke rantai pernafasan.
Piruvat + NAD+ + KoAà Asetil-KoA + NADH + H+ + CO2
Kompleks piruvat dehidrogenase terdiri dari kurang lebih 29 mol piruvat dehidrogenase dan kira-kira 8 mol flavoprotein (dihidripoil dehidrogenase) yang tersebar disekeliling 1 mol transasetilase. Sistem piruvat dhidrogenase cukup elektronegatif dipandang dari rantai pernapasan bahwa disamping membebaskan koenzim tereduksi (NADH), ia juga menghasilkan ikatan tioester berenergi tinggi dalam asetil-KoA.
3)      Glikogenesis
Sintesis glikogen dari glukosa
4)      Glikogenolisis
Pemecahan/degradasi glikogen. Glukosa merupakan hasil akhir utama glikogenolisis dalam hati, dan piruvat serta laktat adalah hasil utama dalam otot.
5)      Hexose monophosphate shunt
Jalan lain disamping jalan Embden-Meyerhof untuk oksidasi glukosa. Fungsi utamanya adalah sintesia perantara penting seperti NADPH dan ribosa.
6)      Glukoneogenesis
Pembentukan glukosa atau glikogen dari sumber bukan karbohidrat. Jalan yang tersangkut dalam glukoneogenesis terutama siklus asam nitrat dan kebalikan glikolisis. Substrat utamanya adalah asam amino glokogenik, laktat, dan gliserol.
2.2 Proses Glikolisis
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa yang terjadi di sitosol. Jalur ini dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob(menggunakan oksigen) maupun anaerob(tidak menggunakan oksigen). Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Tahap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, dan akan dibahas satu demi satu.
1)        Heksokinase
Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6-fosfat dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi sebagai berikut.
Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Enzim ini dapat dikristalkan dari ragi, yang mempunyai berat molekul 111.000. Heksokinase yang berasal dari ragi merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa dan glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksokinase yang multi substrat. Hati juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat.
2)        Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi enzim fosfoheksoisomerase terdapat pada jaringan otot dan mempunyai berat molekul 130.000.
3)        Fosfofruktokinase
Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP kepada fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses metabolisme ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat, di lain pihak adanya AMP, ADP dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang enzim fosfofruktokinase. Enzim ini adalah suatu enzim alosterik dan mempunyai berat molekul kira-kira 360.000
4)        Aldolase
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseral-dehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis, telah ditemukan dan dimurnikan oleh Warburg. Enzim ini terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa-1,6-difosfat, sedoheptulosa-1,7-difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritrulosa-1-fosfat, hasil reaksi penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton fosfat.
5)        Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiasetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksiaseton fosfat akan bertimbun dalam sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel terdapat enzim triosafosfat isomerase yang dapat mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.
6)        Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi asam 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan  koenzim NAD+ , sedangkan gugus fosfat  diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul 145.000.
Enzim ini adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing mengikat satu molekul NAD+ , jadi pada tiap molekul enzim terikat empat molekul NAD+.
7)        Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion Mg++ diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi , maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam benuk ATP.
8)        Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril Mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat.
Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari satu atom C kepada atom C lain dalam satu molekul. Berat molekul enzim fosfogliseril mutase yang diperoleh dari ragi ialah 112.000
9)        Enolase
Reaksi berikutnya ialah reaksi pembentukan asam fosfoenol-piruvat dari asam 2-fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan ion Mg++ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrrasi. Adanya ion F-  dapat menghambat kerjanya enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg++  dan fosfat dapat membentuk kompleks magnesium flouro fosfat. Dengan begitu  akan  mengurangi jumlah ion Mg++ dalam campuran reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg++ maka efektifitas reaksi berkurang.
10)    Piruvat Kinase
Piruvat kinase merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam fosfoenolpiruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dari molekul asam piruvat. Piruvat kinase telah dapat diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal. Enzim ini adalah suatu tetramer dengan berat molekul 165.000. Dalam reaksi tersebut di atas, diperlukan ion Mg++ dan K+ sebagai aktivator.
11)    Laktat Dehidrogenase
Reaksi yang menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan NADH sebagai koenzim.
2.3 Proses Glikogenesis dan Glikogenolisis
1)        Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan dalam hati dan otot. Pada proses ini, lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen akan diaktivasi didalam hati oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan atau teraktivasi pada akhir siklus cori.
Pada hati, glikogenesis berfungsi untuk mempertahankan kadar gula darah sedangkan pada otot bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. Proses glikogenesis terjadi apabila jumlah glukosa ( dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih maka glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen.
Proses glikogenesis adalah sebagai berikut :
a)      Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
b)      Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 1-fosfat↔Enz + Glukosa 1,6-bifosfat↔Enz-P + Glukosa 6-fosfat
c)      Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.         
UTP + Glukosa 1-fosfat↔  UDPGlc + PPid.     
d)     Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kearah kanan persamaan reaksi.
e)      Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
f)       Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penumbahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residuterminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.(Murray dkk. Biokimia Harper)
2)        Glikogenolisis
      Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi molekul glukosa. Glikogenolisis juga dapat disebut lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtomahipoglisemia. Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.
 (C6)n + Pià (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
 Glikogen      Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.(Murray dkk. Biokimia Harper)
Berikut tahap-tahap glikogenolisis:
1)      Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
2)      Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6- fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehingga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.
3)      Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP.
2.4 Proses Asam Sitrat
Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan sejumlah oksigen arau aerob. Sikluss asam sitrat ini juga disebut siklus krebs, menggunakan nama Hans Krebs seorang ahli biokimia yang banyak jasa atau sumbangannya dalam penelitian tentang metabolisme karbohidrat.
Reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reaksi dalam siklus itu sendiri akan dibahas satu persatu.
1.    Pembentukan Asetil Koenzim A (Asetil KoA)
Asetil KoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan Koenzim A. Di samping itu asam lemak juga dapat menghasilkan Asetil KoA pada proses oksidasi. Reaksi pembentukan Asetil KoA menggunakan kompleks piruvatdehidrogenase sebagai katalis yang terdiri atas beberapa enzim. Koenzim yang ikut dalam reaksi ini adalah tiamin pirofosfat(TPP), NAD+, asam lipoat dan ion Mg sebagai aktivator. Reaksi ini bersifat tidak reversible dan asetil KoA yang terjadi merupakan penghubung antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.
2.    Pembentukan asam sitrat     
Asetil KoA adaalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat pemberi gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi. Asam sitrat dibentuk oleh asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara kondensasi. Enzim yang bekerja sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Asam sitrat yang terbentuk merupakan salah satu senyawa dalam siklu assam sitrat.
3.    Pembentukan asam isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat. Enzim yang bekerja pada  reaksi ini adalah akonitase. Dalam dalam keadaan keseimbangan terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akonitat dan 6% asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini asam isositrat hanya sedikit, tetapi asam isositran akan segera diubah menjadi asam ketoglutarat sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.
4.    Pembentukan asam α.  Ketoglutarat
Dalam reaksi ini  asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian diubah lebih lanjut menjadi asam α.  ketoglutarat. Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi pembentukan asam oksalosuksinat  dengan Koenzim NADP+, sedangkan enzim karboksilase bekerja pada reaksi selanjutnya. Pada reaksi yang kedua ini di samping asam α ketoglutarat, dihasilkan pula CO, untuk 1 mol asam isositrat yang diubah, dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol CO2. Koenzim yang digunakan dalam reaksi selain NADP, juga NAD.
5.    Pembentukan suksinil KoA
Asam α ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA degan jalan dekarboksilasi oksidatif. Reaksi ini analog dengan reaksi pembentukan asetil KoA dari asam piruvat. Koenzim TPP dan NAD+ diperlukan juga dalam reaksi pembentukan suksinil KoA. Reaksi berlangsung antara asam α ketoglutarat dengan koenzim A menghasilkansuksinil KoA dan melepaskan CO2 . NADH juga dihasilkan pada  reaksi ini. Yang menonjol adalah bahwa reaksi ini tidak reversible.
6.    Pembentukan asam suksinat
Asam suksinat tebentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim A serta pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP). Gugus fosfat yang terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah nukleosida difosfokinase.

7.    Pembentukan asam Fumarat
Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim.
8.    Pembentukan asam malat
Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air. Enzim fumarase bekerja seagai katalis dalam reaksi ini.
9.    Pembentukan asam Oksaloasetat
Tahap akhir dalam siklus asam sitrat adalah  dehidrogenase asam malat untuk membentuk asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah malat dehidrogenase. Oksaloasetat yang terjadi kemudian bereaksi dengan asetil koenzim dan asam sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam sitrat. Demikian reaksi-reaksi tersebut di atas berlangsun terus-menerus dan berulang kali.
2.5 Energi yang Dihasilkan
Di depan telah dibahas bahwa proses glikolisis secara keseluruhan menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Siklus asam sitrat adalah proses yang merupakan kelanjutan dari proses glikolisis. Reaksi-reaksi dalam siklus asam sitrat juga menghasilkan energi yang tersimpan dalam bentuk molekul ATP. Untuk mengetahui berapa energi yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat, perlu dilihat reaksi-reaksi yang terjadi serta hubungannya dengan yang lain. Setiap transport elektron berfungsi mengoksidasi NADH dan FADH2 dari tahap sebelumnya. Tahap ini berlangsung di membrane dalam mitokondria. Elektron dan hidrogen dari senyawa yang tergabung dalam NADH dan FADH2 dialirkan melalui senyawa penerima elektron seperti NAD, FAD, koenzim Q, dan sitokrom. Oksigen berfungsi sebagai penerima elektron terakhir pada proses tersebut. Selanjutnya oksigen bergabung dengan H+ membentuk H2O. Setiap perpindahan elektron yang terjadi, energi yang terlepas digunakan untuk membentuk ATP.
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron terjadi melalui reaksi fosforilasi oksidatif. Oksidasi 1 NADH menghasilkan 3 ATP, oksidasi 1 FADH menghasilkan 2 ATP.
Ada perbedaan antara jumlah ATP yang dihasilkan organisme eukariotik dan prokariotik. Pada organisme eukariotik, oksidasi NADH dan FADH2 terjadi dalam membrane mitokondria. Namun, NADH hasil glikolisis dibentuk didalam sitosol. Akibatnya, NADH tersebut harus dimasukkan kedalam mitokondria. pemindahan 2 NADH hasil glikolisis tersebut memerlukan 2 ATP . Dengan demikian, jumlah total ATP yang dihasilkan sebanyak 36ATP.

 Organisme prokariotik tidak memiliki mitokondria sehingga tidak terjadi pengurangan ATP untuk pemindahan NADH ke dalam mitokondria. Jumlah total ATP yang dihasilkan mikroorganisme prokariotik sebanyak 38ATP.
Kebutuhan karbohidrat pada tubuh setiap hari:
Ø  kalori bayi usia 0-3 bulan        : 116 kkal/kg dari berat badan perhari.  
Ø  kalori bayi usia 3-12 bulan      : 100 kkal/kg dari berat badan perhari.
Karbohidrat yang diperlukan tubuh bayi berkisar antara 40% dari kebutuhan kalori tadi.
Ø  Balita dan Pra sekolah (1-5 tahun) : biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400 kalori/hari.
Ø  Anak usia sekolah membutuhkan rata-rata 2400 kalori / hari.
Ø  Perempuan
usia 11 – 14 tahun membutuhkan kalori 48 kkal/kgBB/hari
usia 15 – 18 tahun membutuhkan kalori 38 kkal/kgBB/hari
Ø  Laki-laki
usia 11 – 14 tahun membutuhkan kalori 60 kkal/kgBB/hari
usia 15 – 18 tahun membutuhkan kalori 42 kkal/kgBB/hari
2.6 Implikasi Metabolisme Karbohidrat dalam Hiperglikemia
Prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO, pada tahun 2000 jumlah penderita DM di dunia mencapai 171 juta jiwa, dan diperkirakan meningkat menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030. Penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8.426.000 jiwa, dan diperkirakan meningkat menjadi 21.257.000 jiwa pada tahun 2020. Di negara berkembang, prevalensi orang dewasa yang menderita DM pada tahun 2030 diprediksi akan meningkat sebanyak 69%. Jika tidak segera dikendalikan, diproyeksikan akan ada 552 juta pengidap DM di tahun 2030 (Shaw et al. 2010).
Penyakit DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronik sebagai akibat disfungsi kinerja insulin. DM terdiri atas dua tipe yakni DM tipe-1 dan tipe-2. Diabetes tipe-1 merupakan penyakit diabetes yang disebabkan karena tidak tersedianya insulin, dilatar belakangi oleh faktor genetik. Sementara DM tipe-2 disebabkan antara lain oleh pola makan yakni kebiasaan makan yang terlalu banyak mengandung karbohidrat sederhana dan tidak memenuhi kaidah pola makan seimbang, serta rendahnya aktivitas fisik. Penyakit DM tipe-2 dapat pula disebabkan oleh dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Mekanisme terjadinya DM adalah gangguan sinyal jalur insulin yang mengakibatkan pengurangan sekresi adiponektin (Toft-Nielsen et al. 2001). Berbagai jenis asam lemak dapat menyebabkan insulin berubah sensitivitasnya. Hal ini ditunjukkan pada hewan coba yang diberi asupan lemak jenuh berlebihan. Studi pada hewan coba menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh yang berlebihan menyebabkan sensitivitas insulin terganggu. Dalam salah satu penelitian yang dilakukan pada masyarakat Mikronesia diperoleh korelasi yang kuat antara asupan energi, hidra tarang, dan lemak dengan kejadian penyakit DM. Asupan lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya DM tipe-2. DM yang tidak terkontrol cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam tubuh. Namun sebaliknya, kelebihan kolesterol dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan sintesis insulin yang berakibat pada DM (Dewi 2007). Banyak pengidap DM tidak mendapat perawatan yang baik, bahkan tidak terdeteksi. Dari semua pengidap DM, hanya separuh yang terdiagnosis. Lebih dari separuh pengidap DM juga mengidap berbagai penyakit penyerta yaitu gangguan mata, ginjal, gangrene, dan jantung (Darmono 2005; Kahn et al. 2005).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencegah maupun memperlambat progress penyakit DM, baik dengan bantuan obat-obatan maupun dengan mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan mengonsumsi pangan fungsional yang terbukti dapat membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan serta dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman. Pangan fungsional ini mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur, dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen, serta tidak memberikan kontra indikasi dan efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya. Salah satu pangan fungsional yang diduga dapat menurunkan kadar gula darah adalah minyak zaitun. Minyak zaitun merupakan jenis minyak yang sangat berbeda dari minyak lainnya, karena cara memperoleh dan komposisinya. Minyak zaitun merupakan salah satu pangan fungsional yang mempunyai kandungan mono unsaturated fatty acid (MUFA), yang sebagian besar terdapat dalam bentuk asam oleat serta mengandung banyak antioksidan (seperti tyrosol, hydroxytyrosol) serta oleuropein yang beraktivitas sebagai antidiabetik dan antioksidan (Lamuela-Raventos 2004; Fito et al. 2007; Vossen 2007).
Kejadian penyakit DM pada masyarakat luas pada umumnya dipicu oleh pola makan tinggi karbohidrat sederhana. Namun kejadian di negara maju, meningkatnya gula darah dipicu oleh pola makan tinggi lemak.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Namun sebaliknya, bila terjadi akumulasi lemak jenuh akan meningkatkan kadar acetone beta hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang selanjutnya menimbulkan keadaan acidosis. Sebagai akibat ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, protein akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses deaminasi asam amino. Pemecahan
protein tersebut akan meningkatkan glukosa darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap (Krall & Richard 1989). Efek yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah meningkatnya gula darah yang mengarah pada munculnya penyakit diabetes.
Penelitian pre experimental ini menggunakan rancangan post test only with control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 8 minggu dengan berat badan berkisar antara 180-220 g, dan kondisinya sehat. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian minyak zaitun ekstra virgin dan variabel terikat adalah kadar gula darah. Jenis minyak zaitun yang digunakan adalah minyak zaitun ekstra virgin. Hal ini dikarenakan kandungan asam lemak (MUFA dan poly unsaturated fatty acid; PUFA) serta senyawa antioksidan lain yang lebih tinggi dibandingkan jenis minyak zaitun yang lainnya (Massimo et al. 2009; Tripoli et al. 2005).
Kelompok kontrol (K) diberi akuades, kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 berturut tururt diberi minyak zaitun ekstra virgin sebanyak 0,5 g/hari; 0,7 g/hari dan 0,9 g/hari). Minyak zaitun diberikan sebelum diberi pakan, dilakukan dengan sonde lambung. Dosis minyak zaitun ekstra virgin yang diberikan merupakan hasil perhitungan konversi dosis dari manusia ke tikus. Pada hari ke-43, tikus dipuasakan selama 12 jam dan diambil darahnya dari pleksus retroorbitalis. Darah tersebut selanjutnya dibuat serum, dan diukur kadar glukosanya dengan metode glukosa oksidase (GOD PAP) menggunakan spektrofotometer. Data kadar glukosa darah dianalisis menggunakan uji parametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji MannWhitney. Derajat kemaknaan yang digunakan dalam uji statistik ini adalah 95%. Salah satu penyebab prevalensi penyakit diabetes mellitus meningkat ialah pengelolaan yang tidak baik. Pengelolaan yang tidak baik merupakan penyebab terjadinya berbagai
komplikasi kronik diabetes. Minyak zaitun telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan kesehatan. Penelitian ini mengkaji efek minyak zaitun ekstra virgin (yang banyak mengandung asam oleat) terhadap kadar gula darah tikus galur Sprague Dawley yang dikondisikan dislipidemia dengan induksi pakan tinggi lemak dari lemak babi.
Pemberian minyak zaitun pada tikus Sprague Dawley dapat menurunkan kadar glukosa darah. Pada kelompok kontrol yang diberi akuades, rerata kadar gula darahnya sebesar 138,14 mg/dl. Pemberian minyak zaitun sebanyak 0,5 g/hari; 0,7 g/hari; dan 0,9 g/hari berturut-turut menunjukkan penurunan glukosa darah sebesar 40,43 mg/dl; 57,30 mg/dl; dan 62,23 mg/dl dibandingkan kelompok control.
Mekanisme penurunan glukosa darah pada tikus putih disebabkan oleh peran minyak zaitun dalam memicu produksi hormon GLP-1 (Glucagon Like Peptide1) (ris-Etherton 2001). GLP-1 berperan memperlambat pengosongan lambung dan menstimulasi sekresi insulin. Ada kaitan antara respon glikemik dengan pengosongan lambung. Insulin plasma akan meningkat seiring dengan peningkatan glukosa plasma, namun glukosa plasma akan menurun bila terdapat GLP-1. Menurut Toft-Nielsen et al.
(2001), GLP-1 merupakan hormon anti hiperglikemik kuat, bekerja menstimulasi insulin bila glukosa darah meningkat. Namun, bila kadar glukosa darah dalam kisaran normal atau kurang maka GLP-1 akan berhenti atau menarik perannya dalam menstimulasi hormone insulin. Mekanisme aktif dan inaktif pada GLP-1 dipengaruhi oleh penekanan dan stimulasi glukagon. Mekanisme ini sangat menarik karena GLP-1 tampaknya berperan mengembalikan sensitivitas glukosa sel B pankreas, dengan mekanisme yang mungkin melibatkan peningkatan ekspresi GLUT2 (Glucose transporter 2) dan glukokinase. Hormon GLP-1 juga dikenal sebagai hormone yang dapat menghambat apoptosis sel B pankreas, merangsang proliferasi dan sekresi insulin dari sel B pankreas. Selain itu, GLP-1 berperan menghambat sekresi lambung dan motilitas. Hal ini penting untuk menunda atau memperlambat penyerapan karbohidrat dan memberikan kontribusi untuk efek mengenyangkan (satiating). Protein GLUT2 ditemukan di hati, sel B pankreas, hipotalamus membran basolateral dan brush border usus halus serta membrane basolateral sel tubular ginjal. GLUT2 mempunyai kapasitas yang tinggi namun afinitasnya rendah, merupakan sensor glukosa pada sel B pankreas. GLUT2 sangat efisien sebagai pembawa glukosa dengan pembawa glukosamin. Dislipidemia yang menyertai beberapa penyakit seperti DM, hipotiroidisme, sindrom nefrotik, dan gagal ginjal kronik disebut dislipidemia sekunder yaitu dislipidemia yang
disebabkan penyakit atau keadaan lain. Dengan demikian bila kondisi itu diperbaiki maka dislipidemia akan sembuh. Kondisi dyslipidemia berpengaruh pada berat badan. Hal ini dapat dipahami karena asupan lemak berlebih akan disimpan pada jaringan adiposa yang terletak di bawah kulit dan secara perlahan akan meningkatkan berat badan. Seiring dengan meningkatnya kandungan lemak akan meningkatkan berat badan.
Karbohidrat merupakan bahan dasar pembentukan trigliserida sehingga kelebihan asupan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak di bawah kulit. Bila asupan karbohidrat yang berlebihan ini berlangsung lama, mengakibatkan terjadinya obesitas yang berkaitan erat dengan peningkatan kadar trigliserida (Waspadji 2003; Hidayati et al. 2006). Pemberian pakan tinggi lemak, akan menyebabkan akumulasi lemak di bawah kulit dan berkontribusi pada peningkatan berat badan tikus Sprague Dawley. Salah satu alternative pangan fungsional yang dapat membantu mengontrol kadar gula darah adalah minyak zaitun. Minyak zaitun ekstra virgin dipilih karena minyak ini tinggi kandungan MUFA serta antioksidan yang diduga memiliki efek antidiabetik dalam bentuk tyrosol, hydroxytyrosol, serta oleuropein dibandingkan minyak zaitun jenis yang lain. Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian minyak zaitun pada semua kelompok perlakuan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Semakin besar dosis yang diberikan, semakin besar pula penurunan kadar gula darah yang dihasilkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metabolisme karbohidrat yaitu proses yang terdiri dari dua cakupan yakni reaksi pemecahan (katabolisme) dan reaksi pembentukan (anabolisme).
2. Tahapan metabolisme karbohidrat dapat dibagi glikolisis, oksidasi piruvat menjadi asetil-KoA, glikogenesis, glikogenolisis, hexose monophosphate shunt, dan glukoneogenesis.
3. Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (siklus kreb’s).
4. Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa untuk disimpan di dalam hati.
5. Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
6. Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi.
7. Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus kreb’s, maka dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:
a)      Glikolisis                          : 8P
b)      Oksidasi piruvat (2x3P)   : 6P
c)      Siklus Kreb’s (2x12P)      : 24P
Jumlah                              : 38P

3.2 Saran
Peranan karbohidrat dalam tubuh sangat penting terutama untuk kesehatan. Selain itu sebagai mahasiswa, kita juga harus lebih banyak mengetahui dan mempelajari tentang berbagai hal yang menyangkut molekul atau senyawa dalam tubuh, seperti karbohidrat.

DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna. 1973. “Dasar-dasar Biokimia”. Surabaya
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. “Biokimia Harper” Edisi XXV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rumiyati. 2015. “PR Biologi XII”. Indonesia: PT Intan Pariwara
(diunduh 29 November 2016 Pukul 15:59 WIB)
(diunduh 29 November 2016 Pukul 16:10 WIB)
(diunduh 29 November 2016 Pukul 16:15 WIB)

 

1 komentar:

  1. What is the merit casino? | Deccasino.com
    What is the merit casino? What is the merit casino? What is the merit casino? kadangpintar What is deccasino the merit casino? 메리트 카지노 주소 What is the merit casino?

    BalasHapus